Rabu, 06 November 2013

untuk mereka, Keluarga Kecilku ^_^

Di sini aku belajar. Belajar mengucap kata demi kata. Belajar melakukan aktivitas untuk hidup yang terus berlanjut.  Belajar menjadi seorang berguna yang bisa diandalkan.
Di tempat ini aku mulai mengenal. Mengenal ayah, ibu, adik, dan kakak. Mengenal keluarga. Keluarga... dari mereka aku tahu banyak hal. Dari mereka aku belajar lebih dari belajar di sekolah.
Kasih sayang, penghargaan, semangat, dan nasihat.

Selamat untuk 25 tahun usia pernikahanmu, untuk 25 tahun hadirnya keluarga kecil nan bahagiamu...
Terima kasih untuk 19 tahunmu bersamaku dan untuk tahun-tahun berikutnya..
Bapak, mamak.. kalian luar biasa!
Anakmu selalu bersyukur terlahir di keluarga kecilmu…^_^

(4 November 2013)

Love you :* ^_^


Jumat, 30 Agustus 2013

Teruntuk Seorang Kawan: Selamat Ulang Tahun

Setahun yang lalu kita masih duduk bersama menikmati gemerlap bintang di langit, mengagumi betapa indah ciptaan-Nya. Meski hanya dalam diam. Tak banyak cerita. Malam-malam itu sangat indah. Suara desir angin menempa pepohonan dan hembusannya menambah kesejukan. Mungkin suatu hari, malam-malam itu akan kembali menemani. Mungkin suatu hari itu adalah ketika kita telah banyak berubah, tidak lagi karena menghilangkan penat akibat tugas-tugas sekolah. Aku dan mungkin kita akan selalu rindu dan menanti hari itu.

Hari ini, sepekan setelah kau genap berumur 19 tahun. Selamat ulang tahun kawan :D
Kau yang cerdas, jangan pernah berhenti belajar! 
Mungkin yang akan kau hadapi kedepannya jauh lebih sulit dari yang pernah kau hadapi, tetap semangat!
Because the better days are coming ^_^

Maaf telat ya.. hehe

Kamis, 22 Agustus 2013

Anak Kecil pun Tahu

Sedikit percakapan ringan dengan adikku yang tengah duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar:

"Akan melanjutkan studi dimana setelah tamat sekolah dasar?," tanyaku memulai percakapan.
"Gontor," katanya yakin.
"Jika tidak lulus disana, akan melanjutkan dimana?," tanyaku kemudian.
"Tetap Gontor," jawabnya lagi.
"Planning lain selain Gontor jika (kemungkinan terburuk) tidak lulus, dimana?," balasku usil.
"Makanya dari sekarang harus berusaha, belajar yang giat biar bisa lulus. Tetap Gontor. Kalau berusaha pasti bisa" katanya mantap.

Bahwa cita-cita adalah sesuatu yang diusahakan, dan bahwa hasil yang memuaskan itu harus diperjuangkan.
Tidak ada yang instan, jika anda menginginkan sesuatu.. berusahalah! kerja keras! perjuangkan! Anak kecil pun tahu.


Selasa, 11 Juni 2013

Ambo..

Kupandangi wajahmu hanya dalam pigura di dinding rumah. Tatapan mata tajam, bahu bidang, badan tegap, bereperawakan tinggi. Katanya kau sosok yang bijak, penuh semangat, dan pekerja keras. Aku tak pernah tahu dan selalu ingin tahu sosok aslimu. Ingin belajar banyak hal pada dirimu. Tentangmu yang tak punya banyak harta tapi tak pernah patah semangat. Tentangmu yang luar biasa hebat. Tentangmu sosok yang menjadi tauladan.

Tak ada pendidikan tinggi, tak ada fasilitas yang serba lengkap, tak ada harta benda untuk membesarkan sosok-sosok harapanmu. Hanya cinta dan semangat untuk bertahan dan terus maju. Ya, semangat luar biasamu yang telah membesarkan mereka yang sangat kukagumi dalam hidupku. Kau pahlawan yang telah mendidik pahlawanku. Terima kasih tak terhingga untukmu.

Lihatlah kau telah membesarkan banyak pahlawan tangguh. Kau pasti sangat bangga dengan pencapaianmu. Kau berhasil mewariskan semangat luar biasamu. Mereka hebat, mereka kuat, mereka luar biasa. Mereka tumbuh sesuai harapanmu. Kau pasti sangat tangguh ambo..

10/6/2013/12.55am

Sabtu, 08 Juni 2013

Roommate..

Harus berteriak sekeras-kerasnya, menangis sejadi-jadinya untuk mengatakan kalau aku rindu kalian. Satu tahun berlalu sejak perpisahan denganmu. Kau, kita mengepak barang kembali dan menuju ke tempat dimana seharusnya kita berada. ^_^

Masih sangat jelas dalam ingatanku, rumah kita yang dulunya ramai kini sudah sangat sepi. Atau mungkin berganti keramaian oleh pawang barunya. Ada kamu yang sangat senang belajar, ada kamu yang senang bercerita, ada kamu yang sangat dewasa, ada kamu senang menghabiskan waktu dengan laptop, dan ada kita dengan banyak lelucon.

Rindu saat kita belajar bersama, saling menggurui satu sama lain. Rindu saat kita menghabiskan waktu untuk sekedar menghirup udara segar, menikmati jajanan-jajanan kecil sembari memandang ke setiap sudut sekolah, atau sekedar menghabiskan malam di bawah bintang dengan banyak cerita yang cukup menguapkan penat kita. Saat kita berjalan bersama ke masjid, shalat bersama, mengaji bersama, dan terkadang mencari celah bersama untuk beranjak dari masjid lebih awal untuk tiba di ruang makan lebih dulu. Menunggu dalam antrean panjang untuk santap siang dan malam. Saat-saat benar-benar tak ada duanya.

Sedikit cerita di tempat baruku kawan, tak ada lagi antrean panjang untuk makan, shalat bersama, belajar bersama yang menyenangkan, lelucon, dan semua yang kudapati dengan kalian. Sangat membosankan. Tapi kalian masih selalu ada kan?

Kemarin saat kukirimi pesan rinduku, aku mendapati hal yang serupa padamu. Katanya sekarang kau merasa berjuang sendiri dan aku pun kadang berpikiran demikian. Tapi kita salah, kau tak sendiri dan aku pun tak sendiri. Kita tetap berjuang bersama di tempat yang berbeda untuk cita yang pernah kita ucap. Hanya tempat yang menjadi pembeda, kita tetap berjuang bersama.
Terlalu banyak cerita indah yang tak akan terlupakan. Karena kalian begitu berharga. Aku, kamu, dan kita telah menjadi bagian dari perjuanganku, perjuanganmu, dan perjuangan kita. Rindu kalian roommate…


“Karena teman tak pernah hilang, mereka hanya berpindah tempat.” (quotes)

8/6/2013/09.44pm

Kamis, 02 Mei 2013

Untukmu yang Terlampau Luar Biasa


Untukmu yang banyak berjasa dalam hidupku. Untukmu yang selalu sabar menghadapi tingkahku. Untukmu yang tak pernah lelah mendidikku. Untukmu sesosok tegar yang menjadi inspirasiku.

Tak banyak yang dapat kutuliskan untuk mewakili jasa-jasamu yang tak tertuliskan. Tak banyak ungkapan yang terucap dari lisanku untuk mewakili terima kasihku yang tak terucap. Karena terlampau banyak hal berharga yang kau ajarkan dalam kurun waktu bertahun-tahun yang hampir separuhnya tak kubahiskan bersamamu.

Untuk sosok yang terlampau istimewa, aku selalu ingat pesan dari sekian banyak petuahmu. Ketika itu pelukan hangatmu membuatku terjaga dari tidur lelapku. Rupanya kau baru saja menunaikan tahajjudmu. Entah doa apa yang kau panjatkan dan hal apa yang kau rintihkan kepada-Nya. Rasanya kau selalu berdoa untuk kesuksesan dan kebahagiaanku. Dalam pelukanmu, kau menitikkan air mata sambil mengucap harapan, “jadi orang besar ya..” Hingga aku tak kuasa menahan tangis. Aku tahu tak banyak momen bersama yang seharusnya kulalui bersamamu. Kau tahu, aku selalu ingin menghabiskannya bersamamu, aku tak pernah bisa menjalani waktuku terlalu lama tanpa hadirmu. Tapi aku sadar, aku sedang mengusahakan apa yang menjadi harapanmu. Aku sedang berusaha menjadi “orang besar.”

Untukmu sosok yang bijak, yang selalu mengajarkanku pada kesederhanaan. Kau selalu mengingatkanku untuk melakukan kebaikan. Aku masih ingat, ketika itu aku merasa kebaikan akan sangat sulit dimenangkan hingga akhirnya hasil yang kuperoleh kurang memuaskan, tapi kau mengingatkan bahwa bukan hasil memuaskan yang seharusnya menjadi menjadi tujuan tapi proses lebih utama, selalulah berlaku jujur. Hingga saat itu aku makin kagum denganmu, sosok sederhana yang bijaksana.

Tulisan ini tak akan bisa mewakili luapan terima kasihku padamu, bahkan tak dapat menuliskan semua petuah berharga yang telah kau berikan. Terima kasih telah mengajarkanku terlalu banyak hal yang berharga. Terima kasih atas kasih sayangmu. Terima kasih atas semua kerja kerasmu. Kelak, jika tiba saatnya aku akan memenuhi harapanmu, “aku akan menjadi orang besar.” Mama…

Sabtu, 09 Maret 2013

Mimpi: Tak Ada Alasan


Dia selalu bersemangat dalam segala urusan. Dia selalu menargetkan dan mengukir mimpi-mimpinya dalam catatannya. Dia adalah orang yang setiap harinya berusaha mengejar target mimpinya. Dan dia adalah orang yang hampir setiap mimpi yang dituliskannya terpenuhi.

Siang itu aku berada di tempat yang sama dengan orang yang kuar biasa ini, menunggu sebuah rapat kecil-kecilan dengan panitia inti dalam suatu kegiatan tahunan di sekolah. Beberapa bulan lagi akan diadakan seleksi olimpiade sains nasional SMA tingkat kota. Tidak banyak yang kami perbincangkan waktu itu, yang kuingat adalah dia punya mimpi untuk bisa lolos seleksi ke tingkat provinsi. Mungkin memang tidak begitu sulit bagi orang yang berlatar belakang matematika untuk menyelesaikan soal-soal olimpiade komputer jika ada kemauan untuk belajar. Di tingkat dua SMA ia baru memutuskan beralih bidang dari matematika ke komputer. Masih jelas diingatanku, ia mengatakan mimpinya itu dengan penuh semangat. Ahh, terlalu banyak hal yang ditargetkan orang gila mimpi satu ini. Namun, siapa sangka beberapa bulan kemudian aku bersama beberapa temanku, dan si Gila mimpi berhasil mewakili kotaku hingga ke tingkat provinsi. Aku makin yakin, bahwa "ketika kita menuliskan mimpi-mimpi kita, maka akan selalu ada kekuatan yang mendorong kita untuk mewujudkan mimpi itu."

Dia bukanlah orang yang begitu pandai. Dia bukanlah orang yang dianugerahi kecerdasan dari lahirnya, tetapi anugerah yang diperoleh dan dimilikinya jauh lebih berharga, bahkan dapat mengalahkan kecerdasan yang belum dimilikinya sejak lahir. Dia memiliki kemauan besar untuk maju.

Suatu hari, dia terkena penyakit yang bahkan nama penyakitnya baru kukenal kala itu. Vertigo, gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang yang menemani tahun terakhirnya di bangku SMA. Tahun terakhir yang harusnya akan lebih indah tapi malah menjadi lebih berat. Jika teman-teman yang lain disibukkan dengan berlatih soal, berburu informasi tentang jurusan yang akan dituju, mengukir hari-hari indah yang akan menjadi kenangan ketika sudah menjadi "seorang luar biasa" kelak, dengan sesekali refreshing, maka ia pun tetap menjalankan aktifitas itu, tidak diselingi dengan refreshing tapi check up rutin ke dokter. Waktu itu mungkin ia terlalu memaksakan untuk belajar hingga kondisinya menjadi semakin parah. Cobaan datang dan kali ini keberuntungan tidak berpihak padanya. Kala itu, sekuat apapun ia melawan penyakitnya, kondisi tidak jua membaik. Berhari-hari ia tidak dapat masuk, kondisi fisiknya melemah, ia tidak lagi berjalan seperti biasanya. Waktu itu aku mengira ia tidak akan bisa lagi memenuhi rentetan target dan mimpi-mimpi konyolnya. Namun yang terjadi berbeda dari yang kupikirkan, yang sakit hanyalah fisiknya. 

Tuhan memang selalu adil. Tuhan tak pernah membiarkan hamba-Nya yang mau bangkit terperangkap dalam sakitnya. Entah kekuatan apa yang didapatkannya kala itu hingga ia masih bisa bangkit dan kini tetap melanjutkan sekolah. Entah anugerah apa lagi yang diberikan Tuhan, hingga ia masih bisa bermimpi bahkan lebih konyol dari sebelumnya. Ahh, biarlah ia tetap bermimpi, mungkin dengan mimpinya ia akan menjadi berguna bagi setiap orang. Tuhan akan selalu ada menuntut setiap jalannya meraih mimpinya, toh ia tak pernah malu dan putus asa, bahkan ketika mimpinya ditertawakan dan dianggap remeh orang lain. Dan tak ada alasan bagiku dan bagi setiap orang untuk tidak mau bangkit. Tak ada alasan untuk tidak maju menjadi lebih baik, menjadi orang yang bisa diandalkan, menjadi orang lebih berguna.

"Pasti Bisa" ^^

Rabu, 06 Maret 2013

Aku Sayang Bapak


Aku bahkan sudah tidak ingat bagaimana wajah ceriaku saat ditimang bapak. Kala itu usiaku belum cukup setahun. Yang kutahu aku pernah ditinggal belajar bapak. Entah berapa tahun lamanya. Yang kuingat ketika aku mulai belajar membaca aku sering mendapat kiriman surat dari. Jika anak perempuan seusiaku saat itu merasa senang ketika mendapat hadiah boneka dari ayahnya, maka aku akan merasa senang ketika mendapat selembar surat kiriman dari bapak. Waktu itu aku memang belum pandai membaca, tapi aku tahu kalau tulisan itu adalah kerinduan dan kasih sayang bapak yang membuatku tak pernah sanggup menahan tangis ketika membacanya, bahkan ketika tulisan itu kubaca sekarang aku masih tak akan kuasa menahan tangis. Bapak mungkin tidak pernah tahu, ketika aku mulai belajar di bangku sekolah dasar di bukan tingkat satu, dua, atau tiga lagi, aku seringkali membuka kembali tulisan-tulisan itu, entah itu ditujukan kepadaku, kepada mama ataupun surat milik kakak. Aku suka membacanya, dalam tulisan itu aku bisa merasakan rindu dan kasih sayang. Sayang, sekarang sudah bukan zamannya berkirim surat.

Aku bahkan masih ingat ketika aku khawatir tidak bisa merayakan lebaran karena belum punya baju baru. Waktu itu aku masih di taman kanak-kanak. Dua hari lagi lebaran tiba, tapi bapak belum juga pulang dari perantauan dan aku belum punya baju baru. Rasanya iri melihat anak-anak lain seusiaku yang bisa memilih sendiri baju lebarannya bersama ayahnya, sementara aku, bapakku bahkan belum kunjung pulang dari tempatnya menimba ilmu. Tapi ternyata bapak tidak lupa, sebelum hari lebaran tiba bapak pulang dengan membawakan dua pasang baju lebaran, sayang ukurannya tidak ada yang pas, semuanya kebesaran, mungkin bapak mengira aku sudah tumbuh jauh lebih besar, tapi aku suka baju itu. Hijau dan biru.

Entah setiap berapa bulan sekali ayah bisa pulang. Aku selalu rindu momen ketika ayah pulang dan aku selalu mendapat hadiah buku cerita dari bapak. Terlihat tidak istimewa, tapi sangat berharga dan awet :). Aku selalu rindu libur caturwulan menjelang masuk sekolah. Jika libur sekolah tiba, bapak akan mengantarkan kami membeli kebutuhan sekolah ditemani vespa pink kesayangan, Kakak pertama dan keduaku akan duduk di kursi belakang, sementara kau dan kakak ketigaku akan berdiri di bagian depan. Momen menyenangkan yang tak terlupakan. Aku rindu masa liburan ketika aku dan kakakku diajak jalan-jalan ke pasar. Bapak sangat pandai menawar harga barang, maklum ketika SMA bapak pernah menjualkan barang keluarganya agar bisa bersekolah.

Di malam hari ketika sudah waktunya tidur dan mataku enggan terpejam, bapak akan menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur berbahasa bugis. Aku masih ingat nada dan liriknya. Sebelumnya bapak akan menceritakan kepadaku kisah kecilnya, perjuangannya untuk bisa tetap bersekolah, dan aku akan selalu menangis dalam mata terpejamku. Aku rindu tangan halus bapak yang membelai rambutku, mengusap kepalaku sebelum tidur. Di usiaku kini yang tinggal jauh dari rumah, aku bahkan sudah sangat jarang bisa merasakan kehangatannya. Aku belajar makna dan pentingnya sebuah perjuangan dari cerita pengantar tidurku.

Aku tak pernah yakin sepenuhnya ketika memutuskan untuk melanjutkan sekolah di sekolah berasrama setamatku dari sekolah dasar. Entah, aku mungkin mulai berpikir untuk maju saat itu. Aku bahkan tak pernah mempertimbangkan bahwa aku akan merasa ketagihan, dan hingga kini aku baru sadar bahwa sesekali aku butuh tidak tinggal jauh dari rumah. Sebenarnya akupun enggan melepas langkahku jauh ke tempat ini. 

Di usiaku yang ke 18 aku memutuskan untuk tinggal sangat jauh dari rumah, bahkan aku tak bisa pulang setiap bulan seperti ketika aku masih SMP dan SMA. Aku ingat ketika mengambil keputusan, hari itu aku dengan mantabnya memilih untuk tinggal jauh tanpa memikirkan konsekuensi dahulu. Di hari keberangkatanku aku bahkan masih ingat ketika bapak memasuki kamarku. Aku tahu setiap orang tua tidak akan pernah memperlihatkan sisi lemahnya di depan anaknya untuk mengajarkan betapa pentingnya sebuah kekuatan. Tapi hari itu, mungkin bapak merasa jauh lebih sedih dariku hingga beliau tak mampu lagi menahan air matanya. Rasanya aku makin enggan pergi jauh. Bapak menangis duluan di hadapanku, mendekap tubuhku hingga dapat merasakan betapa sayang dan sedihnya waktu itu. 

Kini, aku yang ketika baru dilahirkan ditinggal belajar oleh bapak, berbalik meninggalkan bapak untuk belajar di kota pijakan yang sama. Aku bahkan merasa belum cukup dewasa untuk melewati setiap hari-hariku dirantauan, namun inilah risiko sebuah perjuangan. Ya, risiko dari sebuah pilihan dan perjuangan. 

Aku sayang bapak. Maafkan aku yang hingga kini belum bisa memberimu sesuatu berharga dan tak akan bisa membalas jasa-jasamu. Aku akan menjadi orang besar dan belajar dari perjuanganmu. Aku rindu menjadi gadis kecilmu. Terima kasih bapak..

(H110/3maret2013-21.51WIB) 

Rabu, 30 Januari 2013

Unlucky Day: 3 jam bersama angkot -_-


Unlucky day. Sebenarnya tidak sepenuhnya sih, ada mujurnya dikit :p


Di suatu siang aku keluar rumah, bertemu teman SMA untuk melepas rindu. Perjalanan dari rumahku ke tempat yang ke tuju butuh waktu minimal 1 jam jika menumpang di kendaraan umum. Sekitar kurang 15 menit jam 2 aku meninggalkan rumah. Jalanan sepi, gak ada ojek lalu lalang, padahal waktu itu adalah jam pulang anak sekolahan pada umumnya. Setelah menunggu beberapa menit, bapak ojek datang tapi berpenumpang, dia adalah nenekku. Alhamdulillah! Dapat tumpangan ojek dan tambahan jajan dari si nenek. Beberapa menit berkendara [numpang pada orang yang berkendara] motor, aku harus beralih ke angkutan kota. Untung langsung dapat dan langsung jalan pula.
Ok. Sejauh ini perjalananku masih asyik aja.
Nah, semuanya berawal disini ketika aku harus turun dari angkot (angkutan kota) dan hijrah ke angkot lain agar bisa sampai ke tempat yang ke tuju. Oh ya, ini kali pertamaku ke tempat itu setelah berbulan-bulan merantau [cielah..]. Seingatku aku harus menaiki angkot dengan kode "X" untuk sampai ke tempat yang kutuju. Akhirnya tanpa pikir panjang dan tanpa tanya sama si supir, aku main naik angkot "X" aja setelah turun dari angkot sebelumnya. Sekitar 10 menit berlalu aku baru sadar, "rasanya aku salah jalur," pikirku. [Ambil HP di tas, nge-SMS-in teman]

ME: btw, rasanya aku jalan deh
TEMAN: udah dimana??
TEMAN: kita udah mau makan nih, ditungguin gk??
...............................................
ME: duluan aja, disini juga macet
HP bergetar [angkat telepon]
YG NELPON: udah dimana? kok bisa salah?
ME: [ngomong sepelan-pelannya, takut kedengaran yang lain, malu. Hehe] gak tau ini aku dimana??
tenang aja aku pasti nyampe sana kok
YG NELPON: memangnya kamu dimana??
.................................................
ME: [dimana ya? ya udahlah matiin telpon aja, hehe]

[cek jam..udah jam 4, belum nyampe juga. Kasian yang nunggu tapi lebih kasian aku lah, kepanasan di mobil]

Semua penumpang udah turun, akhirnya aku ikutan turun juga. Dan naik angkot dengan kode yang sama. Aku baru sadar, sebenarnya mabilnya udah bener tapi aku harusnya nyembrang dulu tadi soalnya turun dari angkot pertama kejauhan. Ya sudahlah, lumayan 3 jam bersama angkot dengan 3 kali macet.
................................................
Akhirnya sampai di tepat tujuan. Teman-teman udah nunggu lama. 3 jam. Jadinya cuma ngobrol sebentar dan bubarrr dan aku belum makan sejak siang tadi. 

Malam di rumah...
Pengen tidur tapi gak bisa. Mungkin dampak dari gak makan, perut kosong. Akhirnya kuhabiskan waktu untuk menyelesaikan buku bacaanku.

[END]

NB: cerita ini dengan sedikit bumbu. Hikmahnya: (1) Kalau pengen naik angkutan umum tanya supir dulu, jangan diam aja. (2) Berpikir cepat [kritis] supaya tidak terlambat. (3) Perhatikan kebutuhan perut, jangan coba-coba tidur jika perut kosong. (4) Manfaatkan ketidakbisaan tidur dengan hal yang bermanfaat.

Kamis, 17 Januari 2013

Dia Beda


gara-gara bosen gk ada kerjaan di kamar, akhirnya muncul ide (ting..!! lampu bersinar di atas kepala) buat nulis ini (hahay..:p)

"Dia Beda"

Dia beda. Sebenarnya dia tidak begitu berbeda dengan orang-orang pintar lainnya. Pandai matematika, gk suka bicara di depan umum, suka anime, maniak novel misteri, good looking, cerdas, dan terkadang juga melalukan hal-hal bodoh seperti orang-orang yang bahkan tidak harus menyandang gelar pintar.
Trus kenapa judulnya "Dia Beda"?
Malam itu aku berjalan pulang bersama temanku. Sambil memandang ke langit, kami bercerita hal-hal mengesankan di masa kecil. Ya, aktifitas ini hampir setiap hari kulakukan waktu itu. Aku tertarik dengan cerita salah seorang temanku.
"Waktu itu ia duduk di bangku sekolah dasar. Masa-masa polos. Di suatu pelajaran si Guru bertanya, "anak-anak, ada yang tahu kenapa kita bisa melihat?."Semua murid dengan polosnya berteriak,"karena ada mata...!!!." Siapa sangka, dia dengan tenangnya menjawab, "karena ada MATA dan CAHAYA."END (krikk krikk krikk...^^)

NB: kisah ini bukan fiktif belaka, bila ada kesemaan cerita, mohon maaf itu karena unsur kesengajaan :)

Terkadang kita malu untuk berbeda dengan orang lain, tapi siapa sangka perbedaan itu akan membawa kebenaran. So, kalau kamu merasa benar, ungkapkan dan lakukan apa yang kamu yakini benar! ^_^