Sabtu, 13 September 2014

(Bukan) Malam Edisi Liburan

Malam edisi liburan.
Dalam balutan kaos oblong, duduk bersila di depan TV beralaskan tikar berwarna biru. Di hadapan kami yang duduk tengah duduk bersila membentuk lingkaran tak sempurna telah terhidang santap malam. Makan malam istimewa, dengan sebakul nasi putih, semangkuk sayur tumis kangkung, sepiring kecil ikan goreng dengan sambal yang berkomposisikan 2 biji lombok dan 1 buah tomat. Tak lupa 2 butir telur mata sapi berhiaskan kecap sebagai menu khusus untukku yang alergi seafood. Santap malam yang diselingi obrolan ringan menambah kenikmatan makan malam hari ini. Sesekali tertawa karena obrolan yang cukup menggelitik, apreasiasi untuk salah satu dari kami yang telah sukses membuat lelucon. Santap malam usai, kami berebut, saling melimpahkan tugas, piring kotor untuk aku dan piring yang masih berisikan makanan untuk adikku. 

Malam edisi liburan.
Waktunya bersantai di depan TV menikmati hari libur dan waktu berkumpul yang tidak selalu ada. Tidak lama setelahnya, kami telah berebut bantal yang sebelumnya diawali dengan adu mulut, channel mana yang akan menemani kami menghabiskan malam bersama makanan ringan di lemari yang tak kunjung habis. Membuka kotak makanan ringan yang berisikan 3 rasa, aku memilih coklat kacang dan adikku memilih rasa coklat. Akhirnya yang menjadi sasaran adalah pilihan kakak. Satu botol minuman bersoda siap di buka. Kami saling memandang, berharap ada yang tahu diri alis merelakan tenaganya, mengambil gelas dan es batu yang ternyata masih menunggu di dapur. Tak ada yang tahu diri, hingga akhirnya adikku harus beranjak, setelah mendapat perintah (baca: sambil memohon).

Malam edisi liburan.
Semakin larut, suara mobil memasuki halaman rumah seolah mengabarkan "bapak sudah pulang," dan meminta kami untuk segera membuka pintu. Hingga mobil berhenti dan suara pintu terbuka, kami tetap asyik dengan acara televisi (yang sebenarnya tidak benar-benar menghibur) sebelum bapak menyebutkan nama kami satu persatu. Biasanya kalau beliau memanggil, ada banyak bingkisan. Kami setengah berlari keluar dan masuk kembali dengan menenteng makanan-makanan ringan, penghuni baru lemari kue yang semakin sesak. Selarut ini biasanya piring-piring makanan harus diangkut lagi dari dapur, bapak belum makan. Kakakku usil menutup kamar seolah telah tertidur pulas. Aku menolak meninggalkan posisi nyamanku hingga akhirnya beranjak, sedikit protes dan mengeluh setelah bapak meminta, terlebih jika disuruh menyeduh kopi. 

Aku baru tiba di depan kamar, membuka pintu dan segera menyalakan lampu lantas keluar kamar lagi hendak menuju ruang keluarga mengambil bantal yang tertinggal dan ahh! ternyata aku sedang tidak di rumah, tak ada ruang keluarga, santap malam istimewa, menonton TV bersama, menikmati makanan ringan, dan menyeduhkan kopi untuk bapak.

Malam ini, bukan malam edisi liburan

Sabtu, 06 September 2014

Setelah 3 Tahun, Akhirnya Rindu Segalanya

Setelah 3 tahun, malam ini tiba-tiba rindu dengan suasana asrama.
Dari adzan subuh yang memaksa mata terjaga dan segera beranjak ke masjid sekolah. Membangunkan kawan sekamar dengan mata yang rasanya masih ingin tertidur setelah seharian lelah dengan jadwal yang cukup padat. Langkah gontai menuju cafetaria menunggu bubur hangat dan sepotong telur dadar dengan sambal khas yang biasanya dicampur dengan kecap. Masih dengan mukena menenteng opreng dalam antrean, menanti giliran untuk segera menyendok santap pagi yang aromanya sudah tercium  dari tangga cafetaria, membuat perut meronta untuk segera diisi. Duduk saling berhadapan di meja makan, sambil menikmati siaran tv di pagi hari yang selalu diiringi canda tawa. Menyelasaikan suapan terakhir lantas beranjak menuju tempat ompreng kotor dan kembali ke kamar menunggu antrean  menyetrika seragam sekolah dan mandi. Segera menyelesaikan kerudung saat lonceng cafetaria dibunyikan, tanda waktu makan sudah selesai dan apel pagi akan segera dimulai. Mempercepat langkah menuju kelas, menaruh tas dan segera ke lapangan, masuk dalam barisan sebelum pemimpin apel menyiapkan barisan yang masih ricuh meski pembina apel sudah siap dengan toa-nya di depan. Menyimak laporan setiap ketua kelas, wejangan dari pengurus OSIS, atau terkadang informasi tambahan dari guru yang juga hadir saat apel pagi. 

Setelah 3 tahun, akhirnya sangat rindu segalanya.
Di pukul 07.00 mulai menyimak pelajaran pertama, menunggu untuk jadwal ke dua, dan menunggu lonceng berbunyi tanda istirahat. Ketika waktu istirahat tiba lantas mengambil jatah snack dalam keranjang merah, berharap jatah hari itu adalah snack yang sesuai selera agar tak harus jajan berlebih di koperasi. Berebut gelas yang jumlahnya terbatas untuk mengambil teh hangat yang telah disediakan di depan kelas. Duduk di koridor kelas sembari bercerita atau sekedar memandang kosong ke lapangan, atau mungkin menghabiskan waktu istirahat dengan tidur atau nonton di dalam kelas. Melanjutkan kembali pelajaran dan berhenti ketika adzan dzuhur berkumandang. Segera bergegas ke mushalla sebelum antrean wudhu semakin panjang dan kehabisan mukena. Mendengarkan kultum jika ada dan kembali masuk kelas, menyimak pelajaran terakhir hari itu. Memusatkan mata pada jam dinding kelas, berharap jarumnya berjalan lebih cepat dari biasanya dan segera menunjuk pukul 14.00, lantas memasukkan buku-buku di meja ke dalam tas, berjalan bersisian dengan kawan menuju asrama atau berhenti di cafetaria dahulu untuk santap siang. Terjebak dalam antrian panjang padahal perut sudah sangat lapar karena keluar kelas paling akhir. Segera menyelesaikan makan siang, berharap ada waktu untuk merebahkan badan sejenak sebelum adzan ashar berkumandang dan kelas tambahan di sore hari dimulai. Terkadang mengisi waktu istirahat dengan mencuci pakaian kotor yang kian menumpuk, atau membuka laptop mencari hiburan apapun yang menyenangkan hati, atau terkadang hanya berganti seragam dan kembali ke kelas karea ada urusan. 

Setelah 3 tahun, akhirnya sangat rindu.
Pada sore hari, dengan baju santai bawahan rok dan sandal jepit, menenteng buku menuju kelas untuk mengikuti kelas tambahan. Biasanya guru-guru lebih banyak memberi latihan soal atau menjelaskan kembali materi di pagi hari yang belum dimengerti. Pukul 17.00, ketika kelas berakhir, ada yang memilih berolahraga sebentar sebelum hari segera malam. Beberapa memilih untuk jajan makanan ringan dan kembali ke asrama dengan mengelilingi sekolah, melewati tembok-tembok dengan corak yang beragam, hasil karya siswa kelas X setiap akhir semester genap, menikmati semilir angin yang sangat sejuk. 

Setelah 3 tahun, akhirnya sangat rindu.
Pada sore hari di hari Jumat, menuju lapangan dengan seragam ektrakuriler olahraga masing-masing. Menghabiskan sore dengan berolahraga, melepas suntuk selama seminggu. Sore di hari Sabtu dengan seragam organisasi masing-masing, ada sispala, PMR, dan pramuka. Mendengarkan materi di organisasi masing-masing.

Setelah 3 tahun, akhirnya sangat rindu.
Dengan malam-malam setelah shalat maghrib yang diisi dengan tadarus atau mendengarkan ceramah dari ustadz/ustadzah, menambah wawasan agama. Malam setelah shalat isya yang ramai dengan kelompok belajar, mendalami bidang sesuai dengan kegemaran masing-masing. Ketika suntuk, terkadang mengitari lapangan sekolah, menikmati dinginnya malam, berhenti di satu titik dan memandang ke atas langit dengan gemerlap bintang yang menyenangkan hati, terkadang sambil bercerita rahasia atau mimpi-mimpi kelak (baca: tidak semua siswa melakukannya). Kembali ke kamar ketika sudah larut dan jam malam tiba, merebahkan badan di tempat tidur masing-masing, berbalas-balas materi pelajaran yang sudah dipelajari, menunggu mata terpejam dan esoknya terjaga kembali untuk melanjutkan aktivitas.

Setelah 3 tahun, akhirnya sangat rindu.
Dengan hari minggu ketika jogging bersama ke pantai, yang akhirnya lebih banyak diisi dengan berjalan santai, menikmati jajanan-jajanan gerobak yang ramai di pinggir pantai. Mencari sudut yang indah untuk mengambil gambar, mengabadikan momen ang tidak ada duanya. Kembali ke sekolah dengan angkutan umum dna menghabiskan sisa liburan dengan lebih banyak bersantai. Latihan upacara di malam hari untuk kelas yang bertugas pada upacara bendera. Hingga terus berulang dari hari ke hari yang terkadang membuat jenuh namun tetap asyik dilakoni.

Terlepas dari semuanya, 3 tahun yang tak terlupakan itu adalah karena kehadiran kawan-kawan hebat yang tidak ada duanya, keluarga 5cm yang benar-benar lebih dari kawan biasa. Guru-guru tangguh yang sangat banyak meluangkan waktunya untuk kami, dari pagi hingga sore dan terkadang berlanjut hingga malam hari, guru-guru yang tidak hanya mengajar tapi mendidik kami menjadi orang yang dapat diandalkan. 

Di gedung-gedung sekolah yang sekitarnya belum ramai penduduk itu kita dipertemukan, tanpa pernah meminta agar berada bersama selama 3 tahun. Pertemuan yang menyatukan kita menjadi keluarga. Dan akhirnya, setelah 3 tahun berlalu, saya sangat merindukan semuanya. 

Tidak mudah menemukan kawan seperti mereka dan tidak mungkin melupakan kawan seperti mereka.


6 September 2014
Ketika rindu segalanya ^_^