Sabtu, 26 September 2015

Menciptakan Momen Lebaran

Sebelumnya, mohon maaf jika judul tulisan saya tidak terlalu sinkron dengan isinya. 


Masih dalam suasana hari tasyrik, tapi sampai malam ini saya belum menyaksikan pemotongan hewan kurban. Hehew.

Ceritanya, saya ikut shalat ied tanggal 23 September 2015 kemarin, berbeda dengan kalender Masehi di kamar saya, yang berwarna merah pada hari esoknya. Karenanya pada hari saya lebaran, perkuliahan tetap berlangsung, alias tidak ada libur. Jauh dari harapan saya, yang membayangkan Selasa sore tertempel pengumuman “perkuliahan diliburkan pada 23-24 September 2015,” atau dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya berharap perkuliahan diliburkan 23-25 September 2015, sehingga Selasa sore saya bisa mudik hingga hari Ahad. Percayalah, lebaran sendiri di perantauan itu jauh lebih menyedihkan dibandingkan berkumpul di rumah bersama keluarga.

Kebetulan, 23 September bertepatan dengan hari Rabu, yang menurut jadwal kuliah, saya ada kelas jam 07.00-08.40 WIB. Jadilah lebaran saya semakin tidak berasa hari lebaran. Biasanya beberapa hari sebelum lebaran saya di dapur membuat kue lebaran (baca: saya ke dapur, setelah kuenya hampir jadi) dan satu hari sebelum lebaran saya ikut membantu membungkus buras, makanan pengganti nasi yang dimasak dengan santan dan dibungkus daun pisang. Setelah shalat ied, biasanya saya: ikut ziarah ke kuburan keluarga – makan menu lebaran – menyaksikan pemotongan hewan kurban – masak daging kurban (ini bagian yang paling malas saya lakukan, hehe).  

Tahun ini bukanlah kali pertama saya sendiri berlebaran, tapi tahun ini adalah lebaran yang paling tidak terasa momennya. Setelah melaksanakan shalat ied yang saya nyaris terlambat mengikutinya, saya bergegas merapikan mukena dan sajadah kemudian menunggu tebengan teman menuju ke kampus (terima kasih Aan ^_^). Alhamdulillah, shalat ied berakhir pada pukul 06.30 WIB. Artinya saya tidak harus menjelaskan alasan keterlambatan saya masuk kelas (padahal saya sudah menyusunnya satu hari sebelumnya :-P). Setelah kuliah berakhir, saya bingung harus makan apa (agar lebaran saya lebih terasa) tapi kaki saya terus berjalan membawa saya ke kantin pusat. Tidak, saya tidak ingin makan soto hari ini (jika dia coto, saya sangat menginginkannya). Tidak juga dengan pecel, gado-gado, nasi jamur, urap, bakso, dan mie ayam. Akhirnya saya memilih makanan yang paling sepi pelanggan, ayam pok-pok. Ahh, menu ini tidak pernah dihidangkan di rumah saat hari lebaran, batinku. Setelah makanan saya habis, saya masih belum merasakan momen lebaran saya.

Ahh ya, biasanya saat lebaran, di rumah selalu tersedia kue kering (kami menyebutnya bangke-bangke). Jika kue di rumah habis, saya hanya harus menyeberang ke rumah tante, cukup dengan 5 – 10 langkah (tergantung seberapa lapar saya). 

Kamis sore, akhirnya saya memutuskan jalan keluar kosan (baca: karena lapar) dengan tujuan yang belum jelas. Sebagaimana dugaan saya, penjual makanan banyak yang tutup, tapi tidak dengan sakinah, minimarket serba lengkap di dekat kampus. Saya memilih masuk ke sakinah membeli jajan yang sebenarnya tidak terlalu saya inginkan. Setelah memutari beberapa rak, akhirnya saya kembali ke rak coklat batang. Seketika saya memutuskan membuat kue lebaran saya. Saya memilih rasa coklat susu, karena dark coklatnya habis dan selanjutnya memenuhi keranjang belanjaan saya dengan koko krunch, cup kertas, dan gelas stainless steel. Biasanya saya juga menambahkan kacang mente dan corn flakes, namun di sana tidak tersedia dalam bungkusan kecil. Saya berharap, dengan membuat kue lebaran momen lebaran saya bisa terasa.

Saya memilih membuat coklat, karena cukup praktis, enak, harga standar, bisa dibuat tanpa menggunakan kompor (diganti dengan heater atau rice cooker), dan yang paling penting adalah hanya kue jenis ini yang berhasil saya buat sendiri (baca: setelah pernah satu kali gosong saat melelehkan coklat). Harap maklum. 


Singkat cerita, kue lebaran saya telah jadi. Saya yakin rasanya enak, tapi saya tidak terlalu tetarik memakannya. Setidaknya hasrat membuat kue saya untuk menciptakan momen lebaran telah terpenuhi. Lol.



Jika kamu ingin mencobanya, berikut saya cantumkan cara membuatnya (mungkin kamu sudah pernah membuatnya dengan hasil yang lebih baik dari buatan saya :3). 
  1. Siapkan semua bahan yang dibutuhkan. Lebih baik jika menggunakan panci dan kompor. Saya memilih heater karena sedang malas ke dapur.
  2. Panaskan air dengan menggunakan heater.
  3. Masukkan coklat ke dalam gelas kemudian lelehkan di atas air dalam heater. Jika tangan kamu kepanasan, gunakan barang apapun yang memungkinkan yang ada di dalam kamar, misalnya pulpen. Hati-hati jangan sampai gelasnya miring dan coklatnya terkena air.
  4. Aduk coklat yang telah meleleh, letakkan di tempat yang aman.
  5. Tambahkan koko krunch (dan/ atau corn flakes; dan/ atau mente). Aduk hingga rata.
  6. Cetak coklat pada cup dengan menggunakan sendok. Kamu juga dapat menambahkan hiasan seperti sprinkle, agar coklatmu lebih menarik. Dinginkan di dalam kulas (jika ada) agar tampak lebih mengkilap.


Nb: pikirkan baik-baik sebelum kamu memutuskan sekolah di tempat yang jauh dari rumah, karena kamu akan kesulitan mudik pada saat lebaran, terlebih lebaran idul adha.