Sabtu, 30 Januari 2016

Berpramuka (dengan Walker)

Beberapa mengatakan bahwa berpramuka itu melelahkan, membuang-buang waktu, hanya kegiatan bertepuk dan bernyanyi yang entah apa manfaatnya, bermain dengan tongkat, tali, bendera, dan isyarat yang sebagian tidak jelas, berkemah yang membuang-buang waktu, dan banyak lagi.

Dulu, saya pernah berkenalan dengan sebuah pasukan inti pramuka di pondok kemudian menjadi bagian di dalamnya, namanya “Walker.” Perkenalan cukup lama, yang membuat saya berani mengatakan bahwa berpramuka jauh lebih dari itu. Ada banyak hal luar biasa yang saya dapatkan selain bersenang-senang, membuang waktu, dan berlelah-lelah. 

Latihan pramuka adalah kegiatan rutin di pondok yang dilaksanakan satu kali dalam sepekan. Akan tetapi mereka yang tergabung dalam tim Walker harus berlatih lebih intens. Biasanya hari di luar latihan rutin jauh lebih berat, terlebih jika dalam waktu dekat ada lomba yang harus diikuti. Kami akan berlatihan 2 – 3 kali sehari, dengan tetap harus masuk kelas dan mengikuti kegiatan tanpa terlambat. Pagi setelah shalat subuh-sore setelah shalat ashar-malam setelah shalat isya. Dalam tiga waktu itu latihannya sangat beragam, mulai dari latihan fisik, pionering, baris-berbaris, sandi atau isyarat, dan bagian yang paling menyenangkan, yel-yel. Ya, semua itu melelahkan tapi rasanya saya lebih sering memikirkan cucian saya yang menumpuk dibandingkan rasa lelah.

Tidak sedikit waktu latihan yang kami habiskan untuk bernyanyi, menyorakkan yel-yel mengelilingi pondok. Tapi kami tidak sekedar sedang bernyanyi, kami sedang menyuarakan semangat, melatih kepercayaan diri dan kekompakan. Tidak sedikit juga waktu yang kami habiskan untuk berlatih tali-temali, mulai dari yang paling sederhana hingga membuat bangunan kokoh dari tali dan tongkat. Tapi kami juga tidak sekedar bermain tali dan tongkat, kami sedang melatih kekuatan, kekompakan, dan kepemimpinan kami. Karena untuk menjadi kuat dan kokoh harus dimulai dengan sesuatu yang paling sederhana.

Kami juga berlatih sandi dan isyarat. Saya paling menyukai bagian ini. Seperti bermain rahasia dan teka-teki :3, rasanya menyenangkan membaca dan menyampaikan sesuatu yang tidak semua orang tahu. Kemungkinan bagian ini juga mengajarkan bagaimana bersikap dalam memecahkan masalah.

Entah, pada latihan bagian mana yang membentuk kami menjadi berjiwa pemenang. Dalam beberapa perlombaan, kami mendapatkan juara yang tidak membuat kami jumawa. Kami juga pernah kalah dan kami menyesal, meski dalam beberapa kesempatan kami selalu mencari alasan bahwa kekalahan kami bukanlah karena tim lain lebih baik, tapi pada akhirnya dari lubuk hati yang paling dalam kami sangat menyadari kalau ada yang kurang dengan proses latihan kami. Saya tidak perlu mengatakan betapa senangnya kami ketika meraih juara dan betapa sedih dan frustasinya kami ketika kalah. Semua orang juga merasakan hal yang sama. Namun, keduanya tidak hanya sampai pada perasaan senang dan sedih yang sesaat. Proses kalah dan menang itu jugalah yang pada akhirnya membentuk jiwa seorang pemenang, bagaimana kami harus bersikap bijak dalam kekalahan, pun dalam menyikapi kemenangan.

Selanjutnya tentang kebersamaan. Jangan ditanya seberapa saling pedulinya kami, bagaimana kekompakan, serta rasa simpati dan empati kami. Bayangkan saja kami ditempa bersama-sama dengan cara yang tidak manja. Ada kegiatan jelajah alam dan hidup bertenda yang... ah! segalanya. Rasanya dua hal ini yang paling banyak melahirkan cerita suka dan duka, yang tidak ada habisnya ketika dibicarakan kembali. Dalam latihan dan arena lomba, semua hal harus kami selesaikan dan kami pecahkan bersama. Setiap latihan kami belajar dan berlelah-lelah bersama, membuat kesalahan pun bersama, maka hukuman yang kami dapatkan pun sama. Bahkan kesalahan personal pun terkadang harus ditanggung bersama. Ketika ada yang down, kami selalu menyemangati satu sama lain. Kami pun pernah berselisih, tapi pada akhirnya perselisihan itu akan berlalu dan semakin mengeratkan persaudaraan kami. Di dalam tim ini, kami tidak hanya menemukan dan menjalin pertemanan, kami membangun persahabatan dan persaudaraan.

Menjadi bagian dari tim Walker memang terlihat melelahkan, banyak menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Mungkin kami merasakannya, saya merasakannya. Tapi kami tidak terlalu mempermasalahkannya. Kami selalu dengan senang hati dan bersemangat. Ada hal yang entah apa, mengapa kami senang dan rela menjalani setiap prosesnya. Terlepas dari banyaknya manfaat yang kami peroleh (baca: sebagian tidak kami rasakan dalam waktu dekat), mungkin karena kami telah jatuh hati dengannya. Semakin lama kami semakin mengenalnya dan jatuh hati dengannya.
Potret tim Walker beberapa tahun silam
nb:
Terima kasih kepada Tauhidah Bachtiar, Ilmi Khairiyah Syam, Musdalifah, Fauzi Ahmad Abdillah, dan Ibnu Maksum atas kesediannya menjawab pertanyaan saya yang tiba-tiba ^_^