Kamis, 04 Februari 2016

Keajaiban Cin(TA) 2 - Menjadi Remuk

Ada beberapa hal, yang ketika kita memulainya, kita tidak boleh berhenti atau menunda sebelum ia benar-benar selesai. Kemungkinan kalimat ini bisa mewakili kegiatan fraksinasi yang kami lakukan di laboratorium.

Memasuki hari kesekian bekerja di laboratorium untuk keperluan penelitian, akhirnya sampailah kami pada tahap fraksinasi ketiga (yang konon masih merupakan tahap awal, tapi bukan sekali). Tahapan yang saya sebut tidak boleh dihentikan atau ditunda ini dapat berlangsung beberapa jam, berjam-jam, atau sangat banyak jam, tergantung pada sampel yang digunakan dan terlebih tergantung pada seberapa beruntungnya yang melakukan fraksinasi saat itu :3. Ya, menurut saya sekhatam apa pun dengan teori yang ada, selalu saja ada anomali, yang ideal memang tidak pernah ada. Seperti itulah fitrahnya sebuah penelitian. Alhasil, tahapan ini menjadi salah satu alasan yang membuat kami menjadi “manusia kelelawar,” meskipun mungkin teman saya belum seutuhnya menjadi kelelawar. Wkwk.

Hari ini, ketika melalukan fraksinasi, entah kami beruntung, kurang atau tidak beruntung. Ada saja keanehan yang membuat kami harus mengulangi prosesnya dari awal, menunggu lebih lama, bingung, galau, terjaga dari pagi hingga pagi yang tentu saja membuat kami kelaparan tengah malam :3 dan berakibat apa saja yang ada bisa menjadi pengisi kampung tengah. Semua ini kami lakukan dengan: penuh harap dan cemas, penuh tanda tanya yang baru akan terjawab setelah dilakukan karakterisasi (tahap akhir, tentu saja menulis naskah paling akhir), dan sambil berdoa semoga keanehan yang terjadi berujung pada kebaikan, atau pada kesulitan yang bersama dengan kekuatan.

...
...
...

Pada akhirnya, pagi ketika orang-orang ke kampus kami baru pulang ke kamar masing-masing, merebahkan badan untuk tidur yang panjang, kemudian bangun dengan badan yang remuk. Maka, apalah arti sakit tulang untuk masa depan yang lebih cerah.



nb: perlakukanlah sampelmu dengan manja sambil berdoa, semoga ia membalasmu dengan lebih manja.

1 komentar: