Beberapa mengatakan bahwa berpramuka itu
melelahkan, membuang-buang waktu, hanya kegiatan bertepuk dan bernyanyi yang
entah apa manfaatnya, bermain dengan tongkat, tali, bendera, dan isyarat yang
sebagian tidak jelas, berkemah yang membuang-buang waktu, dan banyak lagi.
Dulu, saya pernah berkenalan dengan sebuah pasukan
inti pramuka di pondok kemudian menjadi bagian di dalamnya, namanya “Walker.” Perkenalan cukup lama, yang
membuat saya berani mengatakan bahwa berpramuka jauh lebih dari itu. Ada banyak
hal luar biasa yang saya dapatkan selain bersenang-senang, membuang waktu, dan
berlelah-lelah.
Latihan pramuka adalah kegiatan rutin di pondok
yang dilaksanakan satu kali dalam sepekan. Akan tetapi mereka yang tergabung
dalam tim Walker harus berlatih lebih intens. Biasanya hari di luar latihan
rutin jauh lebih berat, terlebih jika dalam waktu dekat ada lomba yang harus
diikuti. Kami akan berlatihan 2 – 3 kali sehari, dengan tetap harus masuk kelas
dan mengikuti kegiatan tanpa terlambat. Pagi setelah shalat subuh-sore setelah
shalat ashar-malam setelah shalat isya. Dalam tiga waktu itu latihannya sangat
beragam, mulai dari latihan fisik, pionering, baris-berbaris, sandi atau
isyarat, dan bagian yang paling menyenangkan, yel-yel. Ya, semua itu melelahkan
tapi rasanya saya lebih sering memikirkan cucian saya yang menumpuk
dibandingkan rasa lelah.
Tidak sedikit waktu latihan yang kami habiskan
untuk bernyanyi, menyorakkan yel-yel mengelilingi pondok. Tapi kami tidak sekedar sedang
bernyanyi, kami sedang menyuarakan semangat, melatih kepercayaan diri dan
kekompakan. Tidak sedikit juga waktu yang kami habiskan untuk berlatih
tali-temali, mulai dari yang paling sederhana hingga membuat bangunan kokoh
dari tali dan tongkat. Tapi kami juga tidak sekedar bermain tali dan tongkat,
kami sedang melatih kekuatan, kekompakan, dan kepemimpinan kami. Karena untuk
menjadi kuat dan kokoh harus dimulai dengan sesuatu yang paling sederhana.
Kami juga berlatih sandi dan isyarat. Saya paling
menyukai bagian ini. Seperti bermain rahasia dan teka-teki :3, rasanya
menyenangkan membaca dan menyampaikan sesuatu yang tidak semua orang tahu. Kemungkinan
bagian ini juga mengajarkan bagaimana bersikap dalam memecahkan masalah.
Entah, pada latihan bagian mana yang membentuk kami
menjadi berjiwa pemenang. Dalam beberapa perlombaan, kami mendapatkan juara
yang tidak membuat kami jumawa. Kami juga pernah kalah dan kami menyesal, meski
dalam beberapa kesempatan kami selalu mencari alasan bahwa kekalahan kami
bukanlah karena tim lain lebih baik, tapi pada akhirnya dari lubuk hati yang
paling dalam kami sangat menyadari kalau ada yang kurang dengan proses latihan
kami. Saya tidak perlu mengatakan betapa senangnya kami ketika meraih juara dan
betapa sedih dan frustasinya kami ketika kalah. Semua orang juga merasakan hal
yang sama. Namun, keduanya tidak hanya sampai pada perasaan senang dan sedih
yang sesaat. Proses kalah dan menang itu jugalah yang pada akhirnya membentuk
jiwa seorang pemenang, bagaimana kami harus bersikap bijak dalam kekalahan, pun
dalam menyikapi kemenangan.
Selanjutnya tentang kebersamaan. Jangan ditanya seberapa
saling pedulinya kami, bagaimana kekompakan, serta rasa simpati dan empati kami. Bayangkan
saja kami ditempa bersama-sama dengan cara yang tidak manja. Ada kegiatan
jelajah alam dan hidup bertenda yang... ah! segalanya. Rasanya dua hal ini yang
paling banyak melahirkan cerita suka dan duka, yang tidak ada habisnya ketika
dibicarakan kembali. Dalam latihan dan arena lomba, semua hal harus kami
selesaikan dan kami pecahkan bersama. Setiap latihan kami belajar dan
berlelah-lelah bersama, membuat kesalahan pun bersama, maka hukuman yang kami
dapatkan pun sama. Bahkan kesalahan personal pun terkadang harus ditanggung
bersama. Ketika ada yang down, kami
selalu menyemangati satu sama lain. Kami pun pernah berselisih, tapi pada
akhirnya perselisihan itu akan berlalu dan semakin mengeratkan persaudaraan
kami. Di dalam tim ini, kami tidak hanya menemukan dan menjalin pertemanan,
kami membangun persahabatan dan persaudaraan.
Menjadi bagian dari tim Walker memang terlihat
melelahkan, banyak menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Mungkin kami
merasakannya, saya merasakannya. Tapi kami tidak terlalu
mempermasalahkannya. Kami selalu dengan senang hati dan bersemangat. Ada hal yang entah apa, mengapa kami senang dan rela
menjalani setiap prosesnya. Terlepas dari banyaknya manfaat yang kami peroleh (baca:
sebagian tidak kami rasakan dalam waktu dekat), mungkin karena kami telah jatuh
hati dengannya. Semakin lama kami semakin mengenalnya dan jatuh hati dengannya.
Potret tim Walker beberapa tahun silam |
nb:
Terima kasih kepada Tauhidah Bachtiar, Ilmi Khairiyah Syam, Musdalifah, Fauzi Ahmad Abdillah, dan Ibnu Maksum atas kesediannya menjawab pertanyaan saya yang tiba-tiba ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar