Aku seringkali tertawa ketika tak
ada satupun di sekelilingku yang tertawa, mereka sedang sibuk dengan pikirannya
masing-masing. Aku juga sering tertawa pada lelucon yang sama sekali tidak aku
mengerti mengapa ia sukses menghibur orang-orang di sekelilingku. Tetapi aku
lebih sering menertawakan kebodohanku, misalnya ketika aku kehilangan fokus
yang dampaknya sangat serius, ia bisa membuatku tiba-tiba tertawa. Hati-hati berada di sebelahku.
Ahh ya, aku tidak sedang ingin
berteori tentang apa itu tertawa, bagaimana prosesnya, apa dampaknya bagi kamu
dan aku dan seterusnya. Aku hanya ingin bercerita tentang:
Suatu hari ketika aku sedang
mengikuti kuliah salah seorang dosen yang senang bercerita dan membuat lelucon.
Aku senang mendengarkan cerita dan lelucon, tapi tidak dalam bahasa yang tidak
aku mengerti. Sayangnya beberapa lelucon bisa benar-benar tersampaikan dalam
bahasa yang tidak aku mengerti itu. Aku menyebut diriku sebagai minoritas dan
otakku harus bekerja keras. Akhirnya sepanjang kelas aku hanya mengamati betapa
tertariknya teman-temanku mengikuti kuliah, sedang aku lebih tertarik mengamati
ketertarikan mereka. Pada saat-saat tertentu mereka tertawa terbahak-bahak
sedang aku diam. Selanjutnya aku tertawa sendiri ketika mereka kembali fokus
mendengarkan lelucon. Ahh betapa pentingnya mengerti bahasa, bahkan hanya untuk
memahami lelucon sekalipun. Di lain waktu aku merasa kata-kata saling berbenturan
dan entahlah aku pusing ketika pembicaraan berlanjut dan semakin seru sedang aku
hanya berhasil memahami beberapa kata. Aku lebih memilih tidur sepanjang kelas.
Pada hari yang lain aku menyampaikan
kuliah dengan menganalogikannya sesederhana mungkin. Cukup menguras pikiran dan
suara. Sayangnya aku mendapati ekspresi wajah yang bingung, mungkin menyerupai
ekspresiku ketika tidak mengerti lelucon itu. Di deretan depan aku mendapati
kepala-kepala yang mengangguk. Syukurlah, masih ada yang mengerti. Sesulit
itukah memahamkan orang lain? Baiklah, aku akan belajar.
Cukup sekian cerita yang dipaksa
nyambung dengan prolog.
Akhir-akhir ini aku berpikir
mengapa harus selalu aku dalam tulisanku? Mungkin karena aku lebih mengenalku. Aku
rasa seharusnya aku lebih banyak membaca, mengunjungi banyak tempat, dan
mengenalmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar