Untukmu yang banyak berjasa dalam
hidupku. Untukmu yang selalu sabar menghadapi tingkahku. Untukmu yang tak
pernah lelah mendidikku. Untukmu sesosok tegar yang menjadi inspirasiku.
Tak banyak yang dapat kutuliskan
untuk mewakili jasa-jasamu yang tak tertuliskan. Tak banyak ungkapan yang
terucap dari lisanku untuk mewakili terima kasihku yang tak terucap. Karena
terlampau banyak hal berharga yang kau ajarkan dalam kurun waktu bertahun-tahun
yang hampir separuhnya tak kubahiskan bersamamu.
Untuk sosok yang terlampau
istimewa, aku selalu ingat pesan dari sekian banyak petuahmu. Ketika itu
pelukan hangatmu membuatku terjaga dari tidur lelapku. Rupanya kau baru saja
menunaikan tahajjudmu. Entah doa apa yang kau panjatkan dan hal apa yang kau
rintihkan kepada-Nya. Rasanya kau selalu berdoa untuk kesuksesan dan
kebahagiaanku. Dalam pelukanmu, kau menitikkan air mata sambil mengucap
harapan, “jadi orang besar ya..” Hingga aku tak kuasa menahan tangis. Aku tahu
tak banyak momen bersama yang seharusnya kulalui bersamamu. Kau tahu, aku
selalu ingin menghabiskannya bersamamu, aku tak pernah bisa menjalani waktuku
terlalu lama tanpa hadirmu. Tapi aku sadar, aku sedang mengusahakan apa yang
menjadi harapanmu. Aku sedang berusaha menjadi “orang besar.”
Untukmu sosok yang bijak, yang
selalu mengajarkanku pada kesederhanaan. Kau selalu mengingatkanku untuk
melakukan kebaikan. Aku masih ingat, ketika itu aku merasa kebaikan akan sangat
sulit dimenangkan hingga akhirnya hasil yang kuperoleh kurang memuaskan, tapi kau
mengingatkan bahwa bukan hasil memuaskan yang seharusnya menjadi menjadi tujuan
tapi proses lebih utama, selalulah berlaku jujur. Hingga saat itu aku makin
kagum denganmu, sosok sederhana yang bijaksana.
Tulisan ini tak akan bisa mewakili luapan terima kasihku padamu, bahkan tak dapat menuliskan semua petuah berharga yang telah kau
berikan. Terima kasih telah mengajarkanku terlalu banyak hal yang berharga.
Terima kasih atas kasih sayangmu. Terima kasih atas semua kerja kerasmu. Kelak,
jika tiba saatnya aku akan memenuhi harapanmu, “aku akan menjadi orang besar.” Mama…
Menarik sekali, polos dan mengalir. Imajiku tidak sulit menggambarkan keadaan dari masa lalu yang diceritakan. Bahkan rasanya sy begitu dekat dengan suasana peristiwa itu. tetapi sedikit ada catatan mungkin ada baiknya kata "KAU" diganti dengan kata "ENGKAU" lebih kepada penghormatan.
BalasHapusTetap berkarya...Tulisanmu bagus.
terima kasih sarannya kak.. :)
BalasHapus